Mei Hsin: Kisah Ujian Hidup dan Kesetiaan Hati Wanita Asing dalam Tutur Tinular


Mei Hsin, atau Mei Xin dalam ejaan Pinyin, adalah salah satu tokoh utama perempuan dalam drama radio legendaris Indonesia, Tutur Tinular. Cerita dalam Tutur Tinular memiliki latar belakang sejarah mulai dari runtuhnya Kerajaan Singhasari hingga berdirinya Kerajaan Majapahit pada abad ke-12 hingga ke-13 Masehi.

Dalam versi drama radio, Mei Hsin digambarkan sebagai seorang prajurit perempuan Mongol yang sangat cantik, berhati lembut, dan mulia. Wanita ini sangat sabar dan setia, meskipun menderita sepanjang hidupnya yang sangat panjang sejak lahir.

Sementara itu, dalam versi televisi, Tutur Tinular yang diproduksi pada tahun 1997, dinyatakan bahwa Mei Xin bukan seorang wanita Mongol, tetapi seorang wanita Tionghoa dari suku Han yang hidup di bawah kekuasaan Mongol atau Dinasti Yuan.

Asal Usul Mei Hsin

Mei Xin ditemukan oleh seorang tua Taois bernama Ma Boyi saat masih kecil dalam keadaan Yatim Piatu. Asal usul Mei Xin sendiri tidak jelas. Beberapa spekulasi mengatakan bahwa Mei Xin adalah putri seorang bangsawan dari Kerajaan Song yang melarikan diri setelah kerajaan itu diserang oleh serangan Kublai Khan.

Spekulasi ini kuat karena Mei Xin tidak memiliki nama belakang, yang tidak lazim dalam tradisi Tionghoa.  Kemungkinan nama belakang Mei Xin adalah Song namun nama belakang tersebut sengaja dihilangkan oleh Ma Boyi untuk merahasiakan identitas asli Mei Xin dari Kerajaan Yuan, agar tidak terjadi hal yang tidak di inginkan.

Sejak kecil, Mei Xin telah diajari seni bela diri oleh Ma Boyi bersama dengan dua kakak laki-lakinya, Luo Shishan dan Gao Xing. Mei Xin sangat dekat dengan kedua kakak laki-lakinya dan pada usia muda Mei Xin menikah dengan Luo Shishan. Sementara itu, Gao Xing memilih untuk melayani Dinasti Yuan.

Catatan sejarah mencatat, Gao Xing adalah salah satu panglima perang dari Dinasti Yuan yang pada tahun 1293 dikirim oleh Kaisar Khubilai Khan untuk menghukum penguasa Tumapan/Tumapel/Singasari, yaitu Prabu Kertanegara.

Perjalanan Hidup Mei Hsin

Mpu Ranubhaya, cucu seorang murid Mpu Gandring, adalah seorang pembuat senjata sakti yang merupakan Guru Kanuragan dari Arya Kamandanu yang diculik dan dibawa ke laut serta menjadi tawanan Kaisar Kublai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Mongolia, dipaksa untuk membuat senjata-senjata sakti sebagai syarat pembebasannya. 

Mpu Ranubhaya kemudian membuat pedang pusaka bernama Pedang Naga Puspa. Agar pedang tersebut tidak jatuh ke tangan pendekar aliran hitam atau orang-orang yang berwatak jahat, Pedang Naga Puspa dipercayakan kepada pemuda Luo Shishan dan Mei Xin. Sementara itu, Mpu Ranubhaya dan Ma Boyi meninggal saat berusaha mempertahankan pedang tersebut.

Pasangan prajurit ini akhirnya menjadi buronan dan terus berusaha melarikan diri hingga terdampar di Jawa. Setibanya di Tanah Jawa, pedang ini menjadi sumber perselisihan di antara banyak prajurit jahat. Suatu saat Luo Shishan bertemu dengan Mpu Tong bajil dan bertarung, Luo Shishan terluka parah setelah terkena Aji Segara Geni milik Mpu Tong Bajil. 

Untungnya, Luo Shishan dan Mei Xin dibantu oleh Arya Kamandanu dan berhasil melarikan diri. Namun, karena keparahan luka dalam, Luo Shishan akhirnya meninggal dunia. Sebelum meninggal, Luo Shishan mempercayakan Mei Xin kepada Arya Kamandanu.

Mei Xin, yang sangat sedih karena kehilangan suaminya yang tercinta, kini hidup dalam kesedihan, dia selalu hidup di bayang-bayang almarhum suaminya, Luo Shi San. Jiwanya sangat labil, fisiknya lemah, putus asa, dan hampir berniat mengakhiri hidupnya. Untungnya, Arya Kamandanu adalah seorang kesatria yang dapat diandalkan. 

Dengan sabar, Kamandanu terus berusaha mengembalikan semangat Mei Xin. Setiap kesempatan, Kamandanu selalu bercerita tentang cara hidup, bersyukur, dan menjalani makna sejati hidup sebagai anugerah yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. Sedikit demi sedikit, semangat Mei Xin muncul kembali. Karena Kamandanu, Mei Xin kembali memiliki harapan. Akhirnya, dalam kebersamaan mereka, seiring berjalannya waktu benih-benih cinta mulai mekar di dalam hati mereka. Kamandanu juga berhasil meyakinkan Mei Xin untuk kembali ke rumah orang tuanya di desa Kurawan.

Sementara itu, tentara Kediri yang menginginkan pedang kuat Naga Puspa terus melakukan perburuan terhadap Mei Xin di bawah pimpinan Mpu Tong Bajil. Tidak ingin merepotkan Kamandanu, Mei Xin diam-diam pergi. Kemudian Mei Xin bertemu dengan Arya Dwipangga, yang pada saat itu sudah menikah dengan Nari Ratih. Mei Xin tahu bahwa Arya Dwipangga mencintainya. Namun, dia tidak merespons. Puisi-puisi Arya Dwipangga hanya dianggap seperti angin lalu. Namun, dengan cara licik, Arya Dwipangga berusaha menjatuhkan nama baik Mei Xin.

Untungnya, Arya Kamandanu bersedia bertanggung jawab. Dengan hati yang patah, Kamandanu menikahi Mei Xin. Mei Xin kemudian menyerahkan Pedang Naga Puspa kepada Arya Kamandanu.

Ketika rumah Empu Hanggareksa diserang oleh tentara Kediri, Mei Xin berhasil melarikan diri. Sekali lagi, dia dikejar oleh tentara Kediri. Namun, Mei Xin diselamatkan oleh Nini Raga Runting dan Kaki Tamparoang, sepasang prajurit tua yang sangat cakap. Kaki Tamparoang dan Nini Ragarunting berhasil menyatukan kembali Mei Xin yang sedang hamil dengan Arya Kamandanu. 

Untuk beberapa waktu, Mei Xin dan Kamandanu dapat hidup bersama di lereng Gunung Arjuna bersama keponakan mereka, Panji Ketawang, putra Arya Dwipangga dan almarhum Nari Ratih. Tak lama kemudian, Mei Xin melahirkan seorang bayi perempuan yang diberi nama Ayu Wandira.

Kamandanu tertarik menjadi prajurit Majapahit. Sesaat setelah Kamandanu pergi, Dewi Sambi dan pasukannya datang ke lereng Gunung Arjuno dan menyerang tempat tinggal Mei Xin. Mei Xin kembali bertarung melawan Dewi Sambi. Mei Xin terluka parah dan terjatuh ke dalam jurang setelah terkena Aji Tapak Wisa milik Dewi Sambi. Untungnya, Ayu Wandira dan Panji Ketawang diselamatkan oleh Nini Raga Runting dan Kaki Tamparoang. Kemudian, Ayu Wandira menjadi murid Nini Raga Runting dan mewarisi ilmu Gerakan Emban Carry Momongan.

Mei Xin ditemukan oleh Dokter Wang Yin dan muridnya, Ra Tanca, yang pada saat itu sedang mencari daun untuk obat. Mei Xin kemudian dibawa ke kediaman Dokter Wang Yin. Berkat pengetahuan medis Dokter Wang, luka-luka Mei Xin bisa sembuh, meskipun hampir tidak mungkin bagi siapa pun untuk lolos dari kematian setelah terkena Aji Tapak Wisa. Secara bertahap, Mei Xin menjadi tertarik pada ilmu kedokteran dan akhirnya diangkat menjadi murid oleh Dokter Wang Yin. Selain kedokteran, Mei Xin juga mewarisi ilmu Kabegjan, suatu ilmu yang dapat melindungi diri dari bahaya selama pemiliknya tidak pernah berbohong. Akhirnya, Mei Xin menjadi seorang tabib terkenal dan mengubah namanya menjadi Nyai Paricara.

Sementara itu, Arya Kamandanu, yang mengira Mei Xin sudah meninggal, akhirnya menikah dengan Sakawuni.

Ketika Raja Kertarajasa Jayawardhana sakit parah, Nyai Paricara alias Mei Xin datang ke Majapahit untuk mengobati Raja. Di perjalanan menuju Majapahit, Mei Xin bertemu dengan Dewi Sambi yang pernah mencintainya sebelum kecelakaan dengan Aji Tapak Wisa. Kedua musuh bebuyutan ini bertarung sengit hingga akhirnya Dewi Sambi tewas oleh ilmunya sendiri.

Ketika Nyai Paricara tiba di istana untuk merawat Raja, Sakawuni sedang dalam proses melahirkan, sehingga Nyai Paricara juga membantu dalam persalinan Sakawuni selain merawat Raja. Sayangnya, keduanya tidak dapat tertolong. Mei Xin bertemu lagi dengan Kamandanu, tetapi dia tidak mengungkapkan identitas sebenarnya.

BACA JUGA : Hammer Girl (Julie Estelle): Penderitaan Masa Kecil hingga Menjadi Pembunuh Bayaran yang Mematikan

Akhir Kehidupan

Dalam sandiwara radio "Mahkota Mayangkara", diceritakan bahwa Mei Xin meninggal setelah mengorbankan dirinya untuk melindungi Raja Kertarajasa Jayawardhana dari serangan pengkhianat. Dia dikuburkan di hutan. Dalam serial Tutur Tinular yang diproduksi pada tahun 1997, terungkap bahwa Nyai Paricara sebenarnya adalah Mei Xin yang telah berubah identitas. Setelah Kamandanu mengetahui kebenaran ini, dia mengunjungi makam Mei Xin dan berjanji untuk mencari kebahagiaan di kehidupan berikutnya.

Video : Legenda Indonesia Petualangan Mei shin

Postingan Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *